Selasa, 24 Oktober 2017, Pusat Studi ASEAN yang berada di LSPR Jakarta yaitu Centre for ASEAN Public Relations Studies (CAPRS) menyelenggarakan ASEAN Talks yang ke 11 dengan tema “Indonesia’s Diplomacy for Unity and Centrality of ASEAN” yang mendatangkan Menteri Luar Negeri Indonesia, H.E. Retno Marsudi, sebagai pembicara. ASEAN Talks ini diselenggarakan di Prof. Dr. Djajusman Auditorium and Performance Hall, London School of Public Relations – Jakarta. Acara yang terbuka untuk umum ini dihadiri oleh lebih dari 300 peserta dari kalangan mahasiswa, dosen, profesional, media, dan masih banyak lagi.
Pada kesempatan tersebut, Ibu Retno Marsudi menyampaikan bahwa lebih dari 50% populasi ASEAN saat ini adalah anak muda yang produktif, berbakat, dan pintar sehingga disebut sebagai “the new generation of ASEAN”. Aset demografi seperti ini perlu dijaga agar dapat memberikan kontribusi bagi dunia untuk masa depan yang lebih baik.
Ibu Retno Marsudi sekali lagi menegaskan bahwa ASEAN merupakan kawasan yang stabil, aman, dan berkembang dari sisi ekonominya.
“Dalam 50 tahun terakhir ini sejak ASEAN berdiri, saya dapat katakan bahwa Asia Tenggara dapat menjadi kawasan yang stabil dan aman, karena di dalam 50 tahun terakhir ini negara-negara anggota ASEAN dapat mengelola dengan segala kekurangan dan kelebihannya sehingga ASEAN dapat menjaga stablilitas dan keamanan negara, di tengah situasi dunia yang banyak konflik. Fungsi ASEAN adalah untuk memprevent terjadinya konflik agar kawasan ini tetap stabil dan aman, karena itu merupakan satu keperluan dasar yang dapat membuat negara bekerja membangun ekonomi dengan baik sehingga ASEAN ini mampu menciptakan ekosistem bagi kesejahteraan di kawasan Asia Tenggara.”
Ibu Retno menambahkan, “di tengah pesimisme integrasi ekonomi kemudian pesimisme terhadap globalisasi, terjadi pelambatan ekonomi dunia, kita lihat bahwa hampir semua pertumbuhan ekonomi negara ASEAN melebihi pertumbuhan ekonomi rata-rata dunia. Kalau ASEAN dijadikan satu as a whole, maka pertumbuhan ekonomi ASEAN masih berada di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia. Keamanan dan perdamaian dunia tidak datang dengan sendirinya, kita harus memantain dan mensyukuri keamanan, stablititas, dan kesejahteraan di Asia Tenggara ini yang tercipta karena kontribusi negara-negara ASEAN. Integrasi ekonomi juga terjadi di ASEAN, hampir 90% perdagangan di kawasan ASEAN tarifnya 0, dan jangan lupa bahwa Indonesia merupakan ekonomi terbesar di ASEAN.”
Pesimisme dan cara berpikir yang kurang tepat mengenai manfaat bergabung dengan ASEAN pun masih sering terdengar.
Dalam kesempatan yang sama Ibu Retno menyampaikan bahwa dalam 50 tahun ini ASEAN sudah bisa menciptakan ekosistem yang damai, aman, sejahtera. Namun pertanyaan selanjutnya adalah what’s the next? Apakah kita mampu bertahan sebagai satu asosiasi yang dapat memberi manfaat bagi rakyat negara-negara ASEAN dan mampu bertahan sebagai satu asosiasi yang dapat memberi kontribusi bagi dunia?
Di dalam politik luar negeri Indonesia yang berlaku juga bagi asosiasi, selalu ada dua sisi. Yang pertama adalah memperjuangkan kepentingan nasional ASEAN, dan sisi lain adalah kita harus bisa memberikan kontribusi balik, terutama kontribusi ASEAN terhadap dunia.
“Masa depan ASEAN antara lain akan ditentukan oleh beberapa hal, yang pertama adalah seberapa jauh ASEAN mampu mengelola persaingan major powers di kawasan Asia Tenggara. Di mana-mana terjadi konflik dan rival risk atau power competition, yang kalau kita tidak baik-baik dalam menavigate ASEAN, kita bisa di satu titik bahwa tempat kita menjadi proxy war, sehingga kawasan Asia tenggara tidak menjadi ajang perebutan negara besar. Yang kedua adalah bagaimana ASEAN dapat menangani transnational organize crime, contohnya adalah terrorism yang ada dimana-mana, sehingga kita perlu menyebarkan value of tolerance, harmoni perlu diupayakan,” terang Menteri Luar Negeri wanita pertama Indonesia ini.
Selain itu, beliau juga menambahkan, “manfaat ASEAN harus dirasakan, baik dari segi ekonomi, pendidikan, masa depan profesi, gap hasil pembangunan harus dipersempit. Masa depan ASEAN akan sangat ditentukan dari bagaimana pemerintah menjalankan pemerintahan yang demokratif. Demokrasi adalah salah satu cara terbaik untuk melayani rakyat.”
Sejalan dengan tema ASEAN Talks #11, Ibu Retno menyampaikan bahwa unity and centrality ASEAN penting untuk dapat mempertahankan diri sebagai asosiasi. Tantangan yang dihadapi adalah sulitnya menyeimbangkan kepentingan negara dan asosiasi. Namun, sejauh ini ASEAN mampu menjadi platform dimana value of dialog dapat dipertahankan dan harus terus dikembangkan. Kelebihan ASEAN ini adalah dapat menyatukan kekuatan-kekuatan besar yang memiliki kepentingan berbeda untuk duduk dan berdialog bersama.